Selasa, 05 Mei 2009

LIVE MUST GO ON!

Nasip Seorang Tukang Becak

Bapak Kentut, nama panggilan yang akrab baginya. Pria berusia 56 tahun ini bekerja sebagai tukang becak untuk menghidupi istri dan kedua anaknya. Matahari Mall manjadi tempat dimana dia harus menggantungkan nasip istri dan kedua anak laki-laki dan perempuanya. Rumah jauhpun (Tanjung, Bangun Harjo, Sewon, Bantul) tidak menjadi halangan untuk selalu giat bekerja.

Berangkat jam 8 pagi dan pulang jam 9 malam sudah menjadi keseharianya , walaupun hasil terkadang tidak sesuai apa yang diharapkan. “Penghasilan yang saya dapatkan kurang lebih Rp 15.000,00 – Rp 2.5000,00 per hari tetapi kalau sedang sepi pengunjung sering saya pulang dengan tangan kosong” Ujar Kentut.

Sosok Bapak yang satu ini memang patut diacungi jempol. Menjadi tukang becak selama 14 tahun lebih dan pembekalan dari Dinas Pariwisata berupa pelajaran bahasa inggris dan sopan santun dalam dunia kerja menjadikanya ketua tukang becak Matahari Mall. Tidak salah rekan sesama tukang becak memilih Kentut sebagai ketua kelompok. Kepribadian yang tegas, berwawasan dan bertanggung jawab itulah yang menjadikannya ketua.

Semenjak adanya kepemimpinan kelompok tukang becak Matahari Mall tidak pernah ada kekisruhan dan salah paham antar tukang becak. Seperti yang di tuturkan Sentot sesama rekan tukang becak “Semenjak ada kepengurusan ketua tukang becak, tidak pernah ada kekisruhan dan salah paham. Kalau dulu tukang becak pada ngawur, pada suka ngrebut jatah tukang becak lainya. Banyak pula tukang becak pendatang yang ikut mangkal daerah kami sehingga sering kami tidak dapat hasil apa-apa karena harus berbagi.”
Asam manis dalam dunia pekerjaan sudah pernah dia lakoni. Mulai dari menjadi karyawan hotel, bekerja di dinas peternakan faksin ayam, kondektur bus sampai akhirnya menjalani pekerjaan yang sekarang ini sebagai tukang becak.
Walaupun hasil yang didapat terkadang tidak sesuai yang diharapkan, Pak Kentut merasa senang menjalani pekerjaan ini. “Jamannya Pak suharto sebelum lengser, bekerja sebagai tukang becak memang agak terjamin, kami sering pulang dengan membawa uang banyak. Tetapi sekarang paling cuma hari sabtu minggu saja kami mendapat uang lebih, itupun tidak mesti. Ya mau bagaimana lagi sekarang ini cari pekerjaan susah. Sudah untung saya dapat pekerjaan.

“Cukup saya saja yang susah, kalo bisa anak laki-laki yang sudah sma dan anak perempuan saya yang masih duduk di bangku smp tidak seperti ayahnya dan dapat menyelesaikan ke jenjang sma. Syukur –syukur bisa sampe kuliah. Biar nasipnya tidak seperti ayahnya.” Ujar bapak Kentut sambil mengais dahi.
Kini bapak Kentut sebagai tukang becak dan Ibu yang bekerja di gallery sebagai tukang gosok guci. Berusaha semaksimal mungkin, mengoptimalkan pendidikan kedua anaknya agar kelak mendapatkan pekerjaan yang layak tidak seperti kedua orang tuanya.

ARIF YUDA PRASETYA
153070217

Tidak ada komentar:

Posting Komentar